Dapatkan Informasi dan Artikel Terbaru Dari Blog Ini dengan Menambahkan Ke Daftar Favorit [ Klik Disini ]

Table of Content

Cinta Berdebu


Aku Ben, berumur 25 tahun saat dilanda tiga kemelut, yaitu cinta, karir dan sosialita.
Aku diultimatum Bank Capita di kota Meliba sebagai seorang marketing terburuk yang pernah ada. Pasalnya, seorang klienku bernama Mountage, pria kasar dan penjilat harta itu kabur, menunggak selama semusim. Bayangkan saya, sebulan cicilannya hampir tiga belas juta.
Aku tertekan....
“waktumu dua minggu Ben, atau tinggalkan pekerjaan ini” bentak Ralph, pimpinan tertinggi untuk Divisi Analis Risiko.

Tak ada hasil yang berarti, hanya Adeline, istri Mountage kudapati sedang sakit parah seperti tempo hari semenjak ditinggal pria narkoba itu. Kini ia hanya sampah dibuang sebatang kara setelah dijebak dalam sebuah pernikahan. Sejak saat itu, bicara Adeline sering ngawur.
“kalau aku mati, ada asuransi kah, Ben?”
Tidak Lin, ucapku meyakinkan wanita yang umurnya sebaya denganku
Meski demikian, ia tetap berusaha mengutip kepingan asa dari perhatianku

Malam hari ketiga, aku merasakan vertigo yang luar biasa, lebih sakit dari sebelumnya. Saat dua pil generik mulai bereaksi sebuah panggilan telepon dari Lidia, mengamcam teror yang menimbulkan sakit kepala jenis terbaru.
“Kita putus, Ben, kau tak pasti, ucap bidan pemula itu di ujung telepon
Aku tersujud, kedua tanganku menjambak beberapa genggam rambut, sambil mendongak, ku berteriak sekeras-kerasnya, Tidaaaak, semua ini cuma mimpi....
- - - - - - - - - - - - - -
Kenapa Ben, kamu sakit? tanya Adeline ketika menyambangi rumahnya
Aku cuma menggelengkan kepala
Sudahlah Ben, aku tau bagaimana harus menyelesaikan semua masalah ini. Dan aku juga mengerti bagaimana persaanmu kepadaku. Sekarang aku bertanya, dan jawab dengan jujur.
“Kamu menyukaiku?”
Hah...lelucon baru apa lagi ini Lin? Kamu sudah bersuami
“Dia tak disini. Keputusan sekarang ada ditangan kita. Jika kamu ingin kita selamat, nikahi aku Ben, seadanya saja...
Dihadapan penatua, Adeline memang sedang sakit, tapi tak mengurungkan niatnya untuk mengucap sumpah dan janji. Hanya beberapa orang saksi saja. Aku menikahi wanita yang hampit mati tergantung, meronta-ronta dengan seutas kawat melingkar di leherya. Wajahku menaruh dendam seperti iblis.
Tiba-tiba....
“jangan lari, Daar...daar...suara letusan senjata api memecah keheningan sekitar. Sedikit perlawanan tak cukup menahan perihnya peluru menyelinap didada sebelah kiri, lalu tewas seketika.
- - - - - - - - - - - - - -
Seorang pria menghela napas sangat dalam. Dibalikkannya sampul album bergaris-garis hitam disudut ruangan dibantu cahaya api di tungku pembakaran. Sangat lusuh dan kotor. Debu hampir menutupi sebuah tulisan kaligrafi pada baris judulnya. Tulisan itu singkat tapi besar. “CINTA” dikahiri tiga pesona titik diujung kata.
Dilembar awal album itu, terdapat bundel surat yang disampingnya merekat sebuah foto wanita cantik menggunakan gaun pengantin, tapi sayang wajahnya sedikit pucat. Lalu pria itu mulai membuka secarik kertas yang berisi sebuah pesan yang berbunyi:
“Lebih baik kau melupakanku dari jauh, lalu tersenyum daripada terkenang lantas jadi sedih. Jangan risaukan aku karena aku tak sakit. Jangan membenci karena aku menukaimu. Kini aku bahagia, aku harap kaupun begitu. Semua ini nyata, bukan mimpi. Aku khawatir rambutmu akan semakin habis kau jambak. Meskipun Head Development Officer tak membuatmu lebih kaya untuk menolak surat tanah yang kubalik nama ini menjadi milikmu. Mungkin kini kau tau, aku tidak mati untuk diasuransikan Ben. Meski pernikahan kita hanya sandiwara, tapi itu sudah cukup untuk membuat Mountage keluar dari sarangnya. Aku bangga memiliki suami yang sabar melalui semua cobaan karir, sosial termasuk hubunganmu dengan Lidia. Dan kau adalah suami yang melepas kawat belenggu dari hidupku. Selamat tinggal, Ben.
Dari: Adeline
Mata Ben berkaca-kaca tak mampu membendung sedih bercampur haru. Vertikal diatas album itu, dipajang foto 24R menempel didinding berpose indah tapi sederhana. Sangat mesra melempar senyum bahagia. Disudut kanan, dekat bingkainya tertulis;
“Tuhan memberkati keluarga ini, Ben & Lidia”

Selesai....

Posting Komentar